Foto bersama setelah kegiatan Studium General dengan tema “Peace Campus”
Oleh: Muhammad Sahli
Kegelisahan universal yang melanda semua lini kehidupan, mulai dari kebejatan berpikir, keegoan kelompok sampai kepada pengabaian potensi lingkungan mewarnai panggung kehidupan dan semakin mendekati titik kritis yang mengkhawatirkan. Kepekaan orang-orang yang masih memiliki kepedulian untuk lestarinya kehidupan ini mutlak sangat diperlukan agar hidup semakin nikmat sebagai anugerah terindah Allah SWT yang dipercayakan kepada manusia sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Baqarah 30 :
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 30)
Selanjutnya tugas manusia adalah mengajak ke jalan yang diridhai-Nya agar mendapatkan keberuntungan dalam Firman-Nya :
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 104)
Ali Imran : 110
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Kesadaran akan tugas dimaksud perlu direaktualisasi agar hidup yang sementara ini memiliki manfaat besar dan setiap tarikan nafas, ucapan dan langkah kaki bernilai emas. Nabi SAW bersabda :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ »
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”.
(HR. Ahmad; Tirmidzi; dan al-Hâkim)
Sabdanya lagi hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai berikut:
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ
“Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang (paling bisa) diharapkan kebaikannya dan (paling sedikit) keburukannya hingga orang lain merasa aman.”
Seorang penyair Syauqi Bek dari Mesir menyatakan :
خير الناس ذو شرف قديم وأقام لنفسه شرفا جديدا
“Sebaik-baik manusia itu orang yang mempunyai ‘kemuliaan lama’ (dari pengabdian dan prestasi orang tua dan leluhurnya), kemudian dia juga mampu menegakkan ‘kemulian baru’ untuk dirinya sendiri (dengan pengabdian dan prestasi).”
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman (STIDAR) sebagai lembaga pendidikan tinggi memimpikan sebuah fenomena peradaban yang menempatkan geliat kemanusian pada tataran yang sebenarnya, manusia dengan segala kodrat dan amanah yang diberikan, manusia yang menghormati dirinya sendiri, manusia yang tak henti-hentinya menyadari kekurangannya untuk diberdayakan melalui kesadaran yang mendalam, manusia yang terus berupaya meningkatkan pengetahuan dan pengamalan untuk diabdikan bagi kepentingan umat manusia.
Program “Peace Campus” sebagai kebijakan dan arah baru STIDAR mencoba menawarkan formulasi spirit yang penuh dedikasi, integritas, loyalitas dan totalitas yang didasari keterpanggilan hati dan kegairahan mengabdi untuk restorasi peradaban secara umum. Cinta menjadi sumbu yang terus tersulut oleh bara motivasi dan tanggung jawab yang tak pernah padam, sebab gempita peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari manusia-manusia yang memiliki ghirah cinta yang total dan fenomenal. Rasulullah SAW beserta generasi terbaik di zamannya telah membuktikan diri bahwa mereka memiliki kekuatan yang mencoba mensinergikan antara pikir dan dzikir yang termanifestasi dalam prestasi gemilang yang tak tertandingi. Spirit napak tilas tersebut kemudian dilanjutkan oleh para ulama dengan mengukir kanvas kehidupan menjadi lukisan hidup yang amat menakjubkan dan mencengangkan.
Para pemangku kepentingan di internal STIDAR harus menginisiasi mimpi besar bernama “PEACE CAMPUS” yang ditunjukkan dengan integritas, dedikasi, loyalitas dan totalitas dalam pelaksanaan tugas. Kemudian spirit itu diterjemahkan dalam bingkai inovasi yang tak pernah berhenti ke wilayah praktis variatif dengan pola dan model yang berbasis progresif. Dalam “master plan” kampus damai yang paling substansial adalah terus mengasah warga kampus melalui kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial seperti politik, lingkungan, ekonomi, hukum, budaya, pendidikan dan lain sebagainya dan mampu menemukan solusinya dengan penuh ketenangan dan kedamaian. Dalam hal kepedulian lingkungan, mahasiswa telah melakukan gerakan yang intensif melalui organisasi APLIKASI ASRI.
Selain itu sebagai insan akademik, semua elemen kampus didorong dan diasah untuk meningkatkan kualitasnya dengan senantiasa menambah pengetahuan, pengalaman dan skil yang diperlukan dalam mengatasi persoalan kemasyarakatan. Di samping itu tentu melalui membaca buku, pelatihan, dan gairah menulis (literasi) dengan memanfaatkan semua sumber belajar termasuk keberadaan web STIDAR menjadi aktualisasi diri bagi pengembangan SDM yang berkesinambungan. Semua program harus ada target dan terus dievaluasi dengan semangat peace sebagai tugu peradaban.
Tidak mungkin peradaban masyarakat akan tegak, hidup dan berkembang apabila masyarakat ilmiah tidak memiliki kepedulian sosial dan kecintaan terhadap penajaman referensi intelektual keilmuan serta pemanfaatan digitalisasi dakwah aktual berbasis web dengan inovasi yang menggairahkan. Ini yang saya istilahkan sebagai gerakan dakwah progresif transformatif ala kampus peradaban STIDAR. Dengan begitu pembentukan karakter masyarakat (character building of society) akan menemukan hasilnya. Tentu juga yang tak kalah pentingnya sanad spiritual terus disambungkan sebagai penguat perjuangan. Insya Allah STIDAR sebagai restorasi peradaban akan akan terwujud dalam makna sesungguhnya.
Sumenep, 17 Januari 2022