Foto Dewan Guru dan Siswa Pada Acara Raudlatul Iman Summit
Puisi-Puisi Muhammad Sahli
RAUDLATUL IMAN, KAIFA HALUKUM….?
Aku merindukan engkau saat dulu K. Abu Daud dan Ny. Salamah pertama kali menginjakkan kaki
Ketika bumi ini masih asri
Sumber mata air memancar dari lubuk-lubuk hati yang sunyi
Menceritakan gairah yang tak pernah basi
Memeluk kedip lembut mata bening K. Bunyamin dan Ny. Muqina yang berbekal yakin
Melanjutkan jejak Sang Ayah Bhuju’ Haji dan Kakek Bhuju’ Lemper di tanah mandala berdandan cinta
Aku merindukan engkau ketika batu-batu jalanan teramat terjal dan bukit yang rimbun
Daun-daunnya merunduk melambai-lambai
Sungai kotak tempat mandi dan tirakat Bhuju’ Arab dan K. Allamah yang tegas namun ramah
Dari tebing-tebing Gadgilin sampai bato ngampar dekat air terjun Ragang

Aku merindukan engkau
Ketika K. Abdullah Khoirul Fatihin yang diamini menantunya K. Ibrahim dan K. Dumyathi membimbing bacaan Al-Qur’an santri sehabis magrib dan subuh secara bergantian
Lampu templek sebagai penerang dengan bahan bakar minyak yang dibiayai dari sumbangan atau keringat bu nyai dari hasil menjuang pisang
Dengan cinta yang tertanam kuat di dada
Mereka melahirkan santri-santri yang memiliki semangat baja
Aku merindukan engkau di tahun tujuh puluhan sampai tahun sembilan puluhan
Beberapa saat sepeninggal sang panutan
Para santri yang dipimpin K. Abd Hamid dan K. Abd Aziz tak kenal lelah
Menanam bunga sampai mekar
Aromanya memenuhi seluruh etalase negeri
Meski hanya berbekal sapu lidi, kapur dan papan tulis yang membuat lusuh baju sang guru
Bersekolah di emper rumah walau cuaca tak ramah
Karena madrasah berhias debu tanpa pintu
Dan halaman dipenuhi daun-daun bambu
Bangunan dari hasil mengumpulkan amal
Untuk sekedar memberikan secangkir kopi
Ny. Suryati harus berkeringat merogoh uang sendiri
Untuk membayar guru tak ada dana
Hanya sarung atau sabun setiap akhir tahun
Tapi tak ada kata menyerah apalagi kalah
Hasilnyapun penuh barokah

Raudlatul Iman, kaifa halukum
Setelah semua kondisi serba mudah akibat kemajuan teknologi
Kulihat engkau seperti kehilangan energi
Padahal untuk membiayai kebutuhan engkau tak kekurangan
Gedung sekolah yang lumayan
Bangku, keramik dan semua peralatan pelajaran telah disediakan
Aku teramat merindukanmu
Mengapa langitmu lindap hingga bunga-bunga di halaman turut meronta dan meratap
Pendidikan dari anak usia dini sampai perguruan tinggi sudah lengkap
Mengapa engkau tambah pucat
Atau engkau sedang tak sehat
Perlu vitamin, suplemen atau obat
Mari kesini mendekat akan kudekap

Semua guru hampir semua sarjana dari perguruan tinggi ternama
Mengapa engkau seperti tak bergairah
Lihatlah dulu saat jalanan belum beraspal
Guru-guru mengajar berjalan kaki
Mereka hanya berbekal safinah sullam
Tapi perhatiannya sungguh sangat mendalam
Betapa aku sangat merindukanmu
Bukan kembali ke masa lalu
Sesaat saja mari merenung belajar dari perjalanan silam
Kemudian menatap langit dan melanjutkan kembara perjuangan
Raudlatul Iman, 2 Agustus 2021
UNTUK YANG ENGKAU BERI NAMA RAUDLATUL IMAN
Sebuah nama potongan surga
Raudlatul Iman namanya
Taman orang-orang beriman yang bersolek keindahan
Telah hampir seabad mengisi kemerdekaan
Melanjutkan perjuangan leluhur yang timbul tenggelam

Engkau juga menyebutnya taman mesem
Karena taman surga selalu dihiasi mesem penghuninya
Berabjad-abjad telah kususun kerinduan
Namun engkau belum juga datang sekedar menyapa tembok-tembok yang diam
Begitu lama aku menetek di sedap air susumu
Teramat tajam pengkhianatan yang kuhunjamkan di jantungmu
Engkau menahan sakit yang terlampau dalam
Setelah kutusuk engkau dengan sebilah pisau kecerobohan
Namun engkau tetap tegak berdiri
Bahkan menari-nari seperti tak pernah tersakiti

Untuk sebuah cinta engkau tahan derita
Meski airmata yang tumpah telah menyuburkan samudera
Kini di rahimmu engkau kandung janin hasil percintaan orang-orang yang tak pernah lelah
Kelembutan dan gairah tak akan pernah kalah
Raudlatul Iman taman orang-orang yang masih setia menantang kesejatian
Jika taman ini tempat membasuh wajah yang lusuh
Mengapa hatiku tetap keruh
Apakah karena ubanku mulai tumbuh
Atau malam belum juga subuh dan langkahku terlalu jauh

Di sini yang engkau sebut Raudlatul Iman
Masih memegang erat pesan di saat orang-orang masih belum juga terjaga dari tidurnya
Bila belum juga ditemukan jalan ke taman
Apakah akan terus menunggu
Sampai bunga-bunga segar bertambah layu
Mari kita mandi bersama dan bermain-main
Sampai senja mengakhiri cerita
Teruslah belajar makna perjuangan sebelum mengaku pahlawan
Jangan berhenti memeras keringat pengorbanan agar tak dihakimi pecundang
Kesetian, ketulusan, dan kebersamaan menjadi identitas yang engkau beri nama Raudlatul Iman
18 Agustus 2021