Seperti debu jalanan yang diterbangkan angin
Belajar darinya yang tiba-tiba diasah basah embun
Sesaat menempel di daun-daun
Kemudian jatuh di comberan
Lalu menebal jadi gedung, masjid, tembok ruangan dan menara yang menjulang
Tegarlah sayang
Meski gertak senja mendiamkan jeritan doa
Isakmu adalah nyanyian jiwa
Bahwa Tuhan masih memberimu setangkai cinta
Biarlah barisan sandal dan kamar
Menjadi tauhid kesepian yang engkau tanam
Sebab hidup bukan seperti rumus matematika yang menghasilkan kepastian
Telah aku titip engkau pada Sang Pemilik Cinta
Dan tanah basah di bawah sejuk lambai pohon aksara
Adalah saksi kita yang paling mesra
Engkaulah debu itu
Sesekali menghiasi sujud rindu
Di hamparan sajadah waktu
Pasuruan, Rabu 13 Juli 2022 / 13 Dzul-Qo’dah 1443 H
Oleh : Muhammad Sahli