Puisi : Kepada Engkau Yang Bernama Pemuda

 

 

Oleh : Muhammad Sahli

 

Kepada engkau yang bernama pemuda
Yang masih setia pada Pancasila
Yang mengaku bertumpah darah Indonesia
Yang dadanya berisi garuda
Yang hatinya tertulis bhinneka tunggal ika
Sudahkan engkau membuka lembaran sejarah yang terserak di balik ceceran darah
Atau engkau semakin menambah jerit tangis kaum ibu dengan airmata yang tak pernah tumpah
Engkau tersenyum sumringah meski sebetulnya engkau kalah

 

Kepada engkau yang berlabel pemuda
Sejarah hanya dipelajari lalu dihafal kemudian diperingati
Melalui guru di sekolah atau dosen di bangku kuliah
Setelah itu engkau ikut ujian selanjutnya lulus menjadi sarjana
Dengan bangga engkau mengepalkan tangan terus foto bersama di forum-forum ilmiah
Seakan engkau pemuda sejati yang peduli pada nasib negeri
Walau hakikatnya engkau tak mengerti
Seperti duri yang tajamnya meninggalkan nyeri

 

Kepada engkau yang bergelar pemuda
Adakah engkau pernah bermimpi
Bahwa hidup bukan sekedar dongeng dan teka-teki
Berupa ramalan-ramalan yang jauh dari kenyataan
Tetapi ibarat api yang dinyalakan yang panasnya menghanguskan setiap ruang
Kobarannya bisa engkau padamkan setelah sumbu tak lagi tertanam

 

Duhai engkau yang bertitel pemuda
Hari ini adalah rangkaian kisah masa lalu yang bisa engkau baca kemudian ditulis melebihi kisah-kisah terdahulu
Karena esok tak pernah kehabisan tinta emas yang menumbuhkan musim dengan bunga yang teramat jelas
Wanginya melampaui generasi tanpa batas

 

Kalian mengaku pemuda
Tapi engkau mudah tergoda
Saat angin di luar jendela menghembuskan daun-daun bersama hujan yang tak kunjung reda
Ketika menyangkut soal jalan yang buntu engkau mudah menggerutu
Engkau hadir di forum-forum kaum cendekiawan
Berbicara tentang idealisme dan desain masa depan
Engkau begitu memukau banyak orang
Tapi saat harus maju dalam perjuangan
Engkau mencari yang gratisan

 

Informasi engkau kuasai
Berbagai teknik mempengaruhi telah teridentifikasi
Disiplin ilmu selesai hanya melalui berbagai media online
Selebihnya belajar seperti kehabisan amunisi
Melihat segepok uang kehilangan nyali
Engkau diam terkesan bungkam
Jangan gadaikan jiwa hanya untuk lembar rupiah
Jangan jual diri demi sebuah materi

 

Wahai engkau yang bernama pemuda
Yang selalu menjadi perbincangan dalam tiap pertemuan
Yang menjadi harapan di saat media dan jalanan tak berpenghuni
Laksana goa-goa sepi
Ibarat sarang burung ketika malam tiba
Di darahmu bergolak darah Syahrir
Di matamu ada pandangan tajam Wahid Hasyim
Di sekujur tubuhmu ada jiwa Soetomo, Kartini dan Soekarno Hatta
Yang membangun Indonesia dengan beningnya airmata

 

28 Oktober 2020

Bagikan ke :