Puisi Ulang Tahun : STIDAR, Mercusuar Peradaban

STIDAR : Mercusuar Peradaban

Wajah dunia penuh angkara
Langit semesta basah airmata
Dihiasi lembaran-lembaran permusuhan dan dendam
Mengaum, menerkam, mencakar, menerjang
Meluluhlantakkan bangunan kokoh peradaban
Di sudut-sudut keterasingan

Catatan buram kemanusian
Menyesaki ruang pengap telenovela kehidupan
Mengusir kicau burung-burung di dahan-dahan pagi
Menyita gema adzan di malam sunyi
Memucatkan benderang cahaya Ilahi

Gairah cinta dan kedamaian menjadi basi
Terdesak oleh nafsu birahi dan benci
Menyelinap jauh di balik rimbun ambisi
Yang tumbuh subur menaklukkan budi pekerti dan nilai-nilai luhur

Nurani menangis histeris mengiris-ngiris
Lantaran akal iblis yang bengis
Membungkam kejujuran
Memasung dan menyumpal kesederhanaan
Memangsa keberanian
Mengebiri kejantanan
Mengunci pintu-pintu ketulusan

O… Kebohongan menyebar mengiringi gerak getir matahari yang pilu
Menjadi virus yang membatu
Seperti rindu yang layu, kaku membeku
Laksana musim salju

Inikah yang disebut kemajuan yang nyaris tak bernyawa?
Atau inikah zaman pancaroba yang penuh tipu daya?
Ataukah kemakmuran yang membuat terlena?

Masih adakah ruang menyemai benih-benih kasih
Di antara lalu lintas dan hiruk pikuk kejamnya egois
Di sela-sela tembok individualis
Di sudut-sudut demam rasionalis
Sambil menikmati kernyit pepohonan bambu saat gerimis

Masihkah tersisa tunas-tunas damai dan cinta
Di tengah hingar bingar dan bisingnya murka
Yang berjejal dalam deru semesta
Seraya mendengar bunyi seruling di gurun sahara

Kalaupun dawai cinta tak lagi mesra
Meski taman-taman tak menumbuhkan seroja
Andaikan gulita malam sepi purnama
Dan samudera kehabisan mutiara

STIDAR hadir membawa senyum bidadari
Mengobati goresan luka-luka
Yang tersulut bara api dengki
Mengisahkan harapan perawan yang tertawan di tengah biadabnya zaman

STIDAR hadir dengan seangkasa visi dan misi
Menebar harum melati
Dengan derap langkah yang tak kenal henti, berkompetisi mengukir prestasi
Menciptakan atmosfer perubahan di tengah arus gelombang tantangan yang terus pasanh

STIDAR ikut menyanyi dan menarikan tarian sinden
Dengan suara emas biduan yang dimabuk asmara
Membuka kran setetes anggur embun dalam piala

Derap cuaca di luar jendela
Memacu langkah yang lelah menjadi gairah yang membuncah
Memungut resah, mendekap gelisah
Mendesah….. Memerah….

Maka…..
STIDAR hadir dengan setangkai bunga
Menyemerbakkan aroma cinta di dada
Mengusung gairah masa depan
Dengan secercah impian
Demi kemilaunya peradaban Islam yang gemilang
STIDAR akan menjadi mercusuar peradaban di tengah lalu lintas zaman yang kian usang

Ahad, 11 Pebruari 2018

Bagikan ke :