STIDAR dan Sosok K. SITRUL yang Setia Penuh Cinta
KH. Sitrul Arsyih, MM
Pribadi yang kalem tak banyak bicara, namun punya pandangan-pandangan tajam tentang masa depan dan gairah perjuangan. Tak mudah membicarakan kelemahan orang lain, suka mengorbankan dirinya untuk kepentingan yang lebih besar. Itulah gambaran singkat tentang pribadi beliau yang cukup bersahaja. Motto hidup yang beliau pegang sampai saat ini : “Jangan ingat kejelekannya, ingat kebaikannya.”
Berdirinya STIDAR tak bisa lepas dari sosoknya penuh dedikasi. Bahkan kebersamaan beliau bersama Raudlatul Iman, dimulai sejak mengajar di MA Raudlatul Iman tahun 1999, setelah beliau cukup dekat dan inten dengan Ketua Yayasan Raudlatul Iman, Kiai Muhammad Sahli yang sama-sama aktif di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang saat itu Kiai Sitrul menjabat sebagai Ketua Dewan Tanfidz, sedangkan Kiai Sahli menjadi wakilnya. Sejak saat itu, keduanya bersama-sama berjuang di politik dan pendidikan, walau dua wilayah yang berbeda, namun memiliki hubungan yang sangat erat. Periode Tahun 2004-2009, beliau terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Sumenep. Bahkan tak tanggung-tanggung, beliau juga mendapat amanah sebagai Ketua Badan Kehormatan Dewan (BKD) DPRD Sumenep.
Ketika ada keinginan dari masyarakat, agar di Raudlatul Iman ada kampus yang bisa menampung mahasiswa, keduanyapun sepakat melakukan komunikasi tahun 2010 dengan STIA Al-Karimiyah milik Dr. KH. Abuya Busyro Karim. Saat itu Kiai Busyro yang kebetulan ingin mencalonkan Bupati Sumenep. Kebersamaan Kiai Sitrul dan Kiai Sahli saat duka maupun duka, hingga mengantarkan Kiai Busyro menjadi Bupati untuk dua periode. Bukan karena keduanya memiliki ikatan keluarga, tetapi juga visi yang sama dalam memajukan bangsa.
Hubungan emosional Kiai Sitrul dengan Raudlatul Iman bertambah erat, karena pada saat yang bersamaan, beliau didaulat untuk menjadi koordinator Kampus Raudlatul Iman dan mewisuda 6 angkatan. Dinamika terus berkembang yang menuntut berdirinya perguruan tinggi secara mandiri di Raudlatul Iman. Sehingga pada tahun 2015 disepakati berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman (STIDAR) dan lagi-lagi Kiai Sitrul dipercaya sebagai ketuanya dan mendapat SK Ijin Operasional tahun 2016. Tidak berhenti di situ, Kiai Sitrul dan Kiai Sahli menempuh pendidikan doktoral di UII Dalwa Pasuruaan yang saat ini sedang proses penyelesaian disertasi.
Seiring dengan perjalanan waktu, karena STIDAR menuntut adanya regenerasi, akhirnya tahun 2018 kursi ketua dipasrahkan kepada Kiai Junaidi, dan Kiai Sitrul didapuk sebagai ketua senat sampai sekarang. Kiai Sitrul tetap bersinergi dengan STIDAR, memasuki tahun kelima jabatan barunya di tahun 2023. Wisuda I dan II STIDAR, juga tak lepas dari perannya.
Meski kini sudah 24 tahun bersama Raudlatul Iman, sebuah usia yang tidak sebentar, totalitasnya tak pernah berubah. Beliau tetap komitmen dan integritasnya tak perlu dipertanyakan. Selain itu, beliau juga tipe suami penuh cinta dan mesra layaknya manusia umumnya. Bahkan baginya, keluarga adalah nomor satu selain perjuangan. Karena menurutnya, keluarga adalah pijakannya untuk menjadi hebat.
Tim Redaksi Stidar.ac.id