Tetap fokus meski banyak tikungan tajam dan jalan terjal lagi tanjakan. Barangkali itulah ungkapan yang pas bagi orang-orang yang berjalan menuju keridhaan-Nya, agar terus mendapatkan keuntungan dalam perjalanannya dan tidak terperosok pada jurang yang dalam. Sebab jalan menuju-Nya berliku-liku, sedangkan belaian nafsu begitu menggoda, sebagaimana diisyaratkan Nabi SAW :
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim).
Dari hadits dapat diketahui, bahwa perjalanan di dalam kebaikan memang berat dan membutuhkan perjuangan dan kesabaran.
Dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya jiwa (manusia) itu menyuruh pada kejelekan kecuali jiwa yang dirahmati Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Manusia dibekali akal agar memilih mana yang baik yang bermanfaat untuk agama dan dirinya dan mana yang buruk yang membahayakan dirinya. Maka nafsu di sini berfungsi menjadi polisi yang menjaga stabilitas dan lalu lintas perjalanan seorang hamba menuju Tuhan-Nya.
Rasulullah SAW mengajarkan umatnya dalam doa agar selalu berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan nafsu yang terwujud dalam perkataan dan perbuatan, seperti di bawah ini :
اَللّهُمَّ إِنِّى أَ سْئَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَ عَملٍ وَ أَعُوْ ذُبِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَ عَمَلٍ
“Ya Allah…aku memohon kepadamu surga dan segala sesuatu yang bisa mendekatkanku dengannya baik berupa perkataan ataupun perbuatan. Dan aku berlindung kepadamu dari siksaan neraka dan segala sesuatu yang bisa mendekatkanku dengannya baik berupa perkataan ataupun perbuatan.” (Musnad Imam Ahmad)
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, tidak mudah memperjuangkan kebaikan, karena banyak tantangan dan hambatan yang merintangi, terlebih sebagian orang akan memperhitungkan untung ruginya secara materi. Karena secara umum, manusia akan mempertimbangkan, apakah yang dilakukan menguntungkan secara finansial atau tidak.
Mari kita simak sejenak, bagaimana keuntungan dan kerugian menurut perspektif agama Islam. Di bawah ini akan saya sampaikan beberapa dalil Al-Qur’an maupun Al-Hadits yang tetkait dengan dua hal tersebut.
قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman); dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.” (QS Al-A’la : 14-15).
Dalam sebuah Hadits Nabi SAW, bagaimana yang dimaksud keuntungan dan kerugian ?
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَـنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ ..رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam, dikaruniai rezeki yang cukup dan Allâh menjadikannya bersifat qanaah atas nikmat yang diberikan-Nya kepadanya. [HR. Muslim]
Dalam Hadits lain, Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ . وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ . وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
“Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR. Al Hakim).
Dengan demikian, keuntungan itu sebetulnya bermula dari dalam jiwa, bukan yang bersifat dzahir atau materi yang hanya tampak indah luarnya.
Filosofi Jagung
Allah SWT menciptakan makhluknya tak pernah sia-sia. Ada banyak pelajaran yang dapat dijadikan pegangan dalam mengarungi kehidupan ini. Dalam hal ini kita bisa belajar pada jagung yang memberikan banyak ilmu antara lain :
1. Secara filosofis, pohon jagung itu berbuah hanya sekali. Hal ini perlu ditafsir atas dasar berfikir positif. Pohon jagung juga tidak bercabang. Dengan demikian, berpikir positif juga meningkatkan tingkat kepuasan jiwa dan perasaan bahagia. Orang yang berfikir positif selalu melihat segala sesuatu dari sisi positif sehingga bisa menikmati hidup lebih baik.
2. Jagung adalah gambaran pemikiran orang hidup, yakni harus selalu dipelihara, disiram, dan dirabuk. Begitu pikiran manusia, harus senantiasa agar tumbuh dan berkembang. Jika pemeliharaan keliru, pikiran akan berubah negatif.
3. Sebagaimana jagung yang pohonnya tumbuh tinggi, hal itu dijadikan filosofi untuk jenjang dan cita-cita kehidupan setiap orang. Jika ingin belajar dari jagung maka harus seperti pepatah “hidup harus bisa fokus satu tujuan dan pantang menyerah.”
4. Setiap deretan biji jagung yang tertata rapi merupakan pikiran positif dari sesorang dan akan membuat segalanya menjadi lebih tertata.
5. Adanya sebuah pelajaran kesabaran untuk bisa menjadi seseorang yang lebih baik. Seperti biji jagung yang ditanam dan ditutup oleh tanah untuk bisa menanggung beban. Ketika jagung berhasil menembus tanah untuk tumbuh, disaat itu jagung menjadi lebih berharga dan diberi pupuk.
Dari beberapa filosofi jagung di atas, dapat menyadarkan kita untuk selalu memetik keuntungan di setiap saat tanpa memperhitungkan kerugian secara materi dengan betul-betul mempersiapkan diri menjadi orang yang selalu berkhidmah dengan penuh kesungguhan di setiap kesempatan.
Sekecil apapun kebaikan adalah sebuah keuntungan. Sedangkan kejelekan tetaplah sebuah kerugian, meski hanya remeh temeh. Kata-kata kotor sebuah kerugian, kata yang baik adalah keuntungan. Menuruti nafsu bagian dari kerugian, sementara mengekangnya adalah sebuah keberuntungan. Ketekunan dan istiqomah merupakan keuntungan, sebaliknya kemalasan pasti jatuh dalam kerugian. Ketika kita menyemai benih, maka suatu saat akan memanin hasilnya dan apabila menanam jagung dengan penuh keyakinan, di kemudian hari akan memetik hasil buahnya.
Setiap detak nafas adalah emas yang tak ternilai harganya dan tak bisa ditukar dengan apapun, kecuali dimanfaatkan untuk sesuatu yang berguna. Menghitung kerugian seharusnya apabila usia, waktu, kekayaan, keilmuan, kekuatan tidak dimanfaatkan untuk meraih keuntungan dan menekuk keutamaan memperoleh ridha Tuhan. Degup jantung, aliran darah, kedipan mata, dan gerak nadi adalah amanah yang seharusnya diabdikan untuk Pemberi Amanah, yakni Allah SWT. Semoga kita senantiasa dijadikan hamba yang selalu mensyukuri nikmat dan sabar menghadapi berbagai tantangan sebagai cara-Nya untuk memberi kita kekuatan.
Masjid Al-Mustaqim Pandelekan Raci Bangil, 1 Juli 2023
Muhammad Sahli