MEMBANGUN KEPRIBADIAN WISUDAWAN, MENGUATKAN PERADABAN :
Sebuah Pengantar Wisuda III Stidar
Judul tulisan di atas, sekaligus menjadi tema utama dalam perhelatan Wisuda ke-3 dan Miladiyah ke-7 Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman (STIDAR) yang akan dilaksanakan hari Ahad, 26 November 2023 di Islamic Center Bindara Saod Sumenep
Kampus dengan jargon “The Great Campus of Civilization Restoration” yang beralamat di Pondok Pesantren Raudlatul Iman Gadu Barat Ganding Sumenep ini memang mempunyai visi besar dalam membangun peradaban yang bercorak pesantren dan nilai kebangsaan. Tentu sangat beralasan sekali, karena kampus yang lahir dari pesantren, tumbuh di pedesaan dan berkiprah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki kekhasan tersendiri.
Dua program studi yang dikelola, yakni Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) dan Bimbingan Konseling Islam (BKI) merupakan komitmen bersama gerakan pemberdayaan masyarakat secara lahir dan batin. Pemberdayaan dimaknai sebagai sebuah proses penyadaran masyarakat yang dilakukan secara transformatif, partisipatif, dan berkesinambungan melalui peningkatan kemampuan dalam menangani persoalan dasar yang dihadapi dan meningkatkan kondisi hidup sesuai dengan harapan.
Untuk membangun sebuah tembok peradaban yang kokoh, menjadi keharusan untuk menguatkan kepribadian dan menunjukkan kualitas sumber daya manusianya sebagai pelaku utama dalam agen perubahan di tengah zaman yang kompleks. Banyak persoalan yang dihadapi masyarakat saat ini, mulai dari krisis nilai, krisis keteladanan, kemiskinan, isu-isu lingkungan, sikap pragmatis, gizi buruk dan soal-soal lainnya. Dengan kata lain, peradaban yang kuat selalui diawali oleh keberdayaan para penggeraknya dengan istrumen kepribadian yang mantap.
Tidak cukup menguatkan bangunan peradaban masyarakat hanya dengan modal intelektualitas dan konsep yang brilian, tanpa dibarengi dengan kepribadian yang kuat dari pelaku peradaban itu sendiri. Secara bahasa, peradaban atau “civilation” adalah penduduk yang memiliki kemajuan dan lebih baik. Masyarakat pemilik kebudayaan tersebut sudah pasti memiliki peradaban yang tinggi.
Maka, Peradaban bisa diartikan menjadi : seluruh hasil budi daya manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan, baik fisik (bangunan, jalan) maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan). Masyarakat yang maju dalam kebudayaan tertentu berarti memiliki peradaban yang tinggi.
Kembali pada tema wisuda di atas, komitmen para pengelola Stidar berkeinginan untuk mewujudkan sarjana yang memiliki kepribadian yang berkarakter hebat dalam rangka menampilkan profil peradaban masyarakat yang berdaya berbasis lokal dan kearifan budaya pesantren dan berorientasi kebangsaan. Performan wisuda lulusan Stidar diharapkan mampu beradaptasi di segala kondisi, bersosialisasi untuk semua lapisan dan mampu mewarnai atmosfer kehidupan masyarakat yang mulai tergerus dan terinfeksi virus egois individualis dan materialis pragmatis. Sikap idealis kaum intelektual mampu memerankan dirinya dalam memobilisasi masyarakat secara humanis.
Semoga cita-cita stakeholder Stidar dapat ditangkap dengan baik oleh para alumni. Selanjutnya mampu mengkreasi dan menginovasinya dalam tataran praktis. Kepekaan dalam menangkap peluang, semestinya juga dibarengi kemampuan mengekspresikan dan mengartikulasikan dengan penuh keberanian sambil terus mau belajar dari setiap masalah dan mengubahnya (improv) menjadi kekuatan dan harapan sesuai tuntutan keadaan. Kejelian tersebut hanya dimiliki oleh insan (sarjana) yang mempunyai spirit Ulul Albab.
Akhirnya selamat dan sukses untuk para sarjana dan orang tua telah melewati satu proses untuk menuju tangga berikutnya yang tantangannya jauh lebih sulit dan kongkret. Semoga STIDAR terus konsisten melahirkan sarjana (ilmuwan) yang stabil tidak mudah masuk angin atau memiliki sumbu pendek (kuat pribadi) dalam upaya tetap menjaga cuaca yang cerah (peradaban jaya). Amin.
Muhammad Sahli
Ketua Yayasan Stidar Sumenep
20 November 2023