Puisi : “Raudlatul Iman Yang Kurindukan”

RAUDLATUL IMAN YANG KURINDUKAN

Aku rindu kegigihan yang ditunjukkan Kiai Bunyamin
Di tengah kondisi masyarakat yang masih minim
Beliau tunjukkan bahwa sabda Tuhan harus diperjuangkan

Aku merindukan pengorbanan seperti yang ditinggalkan Kiai Abu Daud
Saat beliau harus bertaruh melawan kebosanan
Ia tak pernah hirau setiap suara sumbang

Aku terpesona dengan nyanyian Cinta Nyai Andah
Meski digoda lantakan emas permata
Ia tetap bertahan demi kemuliaan anak cucu keturunannya

Aku terpana dengan keistiqomahan Kiai Abdullah Khoirul Fatihin
Beliau selalu menemani malam-malamnya untuk mendoakan putera-puteri dan santri-santrinya
Agar kelak menjadi orang yang tak pernah alergi dengan cuaca

Aku semakin terkesima dengan kesabaran dan kerendahhatian Kiai Ibrahim
Beliau tak menampakkan diri meski keilmuan seluas lautan
Bahkan seluruh kitabnya dibakar
Agar ia dikatakan tak memiliki keilmuan mendalam

Aku tak kuasa menahan rindu pada Kiai Najib, Kiai Zuhri, Kiai Abdul Hamid dan Kiai Abdul Aziz beserta saudaranya yang lain
Bahwa hidup adalah untuk menghidupkan
Sedetikpun tak boleh terbuang hanya untuk bermalasan

Kini mereka yang dirindukan telah meninggalkan kita semua
Apakah jejaknya masih jelas terbaca
Atau telah dikubur di tengah tumpukan sampah sejarah
Atau sengaja kita rendam dalam lumpur-lumpur keputusasaan

Raudlatul Iman yang kurindukan adalah aliran air yang membasuh setiap wajah lusuh
Air tak sedikitpun lelah menumbuhkan bunga-bunga
Memancar tanpa tanya untuk apa ?
Yang penting bergerak dari tempat yang tinggi kemudian ke tempat terendah

Aku juga merindukan Raudlatul Iman
Seperti pepohonan yang terus tumbuh berkembang
Setiap berbuah untuk siapapun dipetik dengan pasrah
Jika dihantam dengan batu kerikil tajam
Ia balas dengan rimbunnya daun-daun rindang

Siapa yang di antara kita yang sama-sama rindu
Matahari yang terus menyinari datang tanpa antre
Bulan dan bintang yang bernyanyi, menari di tengah gelapnya sunyi
Tanah gembur menyediakan berbagai suguhan penuh vitamin
Burung-burung yang setia melindungi anak-anaknya dari kedinginan
Menyediakan makanan agar tak kelaparan

Raudlatul Iman yang kurindukan adalah senyuman guru penuh perhatian
Pandangan yang syarat penghargaan
Kekuatan seperti kokohnya deretan bebatuan
Kesabaran seperti dedaunan yang gugur lalu dihempas angin
Kemudian menggemburkan menjadi kompos kehidupan
Keikhlasan seperti rintik hujan turun menjadi gelombang

Raudlatul Iman kini dibalut rindu
Dipeluk berhektar-hektar cemburu

ASA, 26 Desember 2024
Muhammad Sahli

Bagikan ke :