Refleksi Gelar Sarjana Dalam Konteks Kehidupan Masyarakat

REFLEKSI GELAR SARJANA DALAM KONTEKS KEHIDUPAN MASYARAKAT

Pengantar Wisuda IV dan Miladiyah VIII

Oleh : H. Muhammad Sahli *)

Sarjana selalu dilekatkan dengan orang-orang pandai yang memiliki analisa tajam terhadap persoalan-persoalan masyarakat sekitar untuk selanjutnya memberikan jalan keluar dengan jelajah keilmuan yang luas dan memadai. Kemampuan tersebut diperoleh bukanlah dari kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses panjang dan melelahkan yang ditempuh melalui pendidikan di kampus, ditempa oleh para dosen dengan banyak diskusi, buku bacaan yang luas dan khazanah pengalaman yang dijalani bersama masyarakat.

Menurut literatur, Sarjana adalah gelar akademis yang diberikan oleh perguruan tinggi (Universitas/Institut/Sekolah Tinggi), setelah menyelesaikan program studi yang berlangsung selama empat hingga tujuh tahun (tergantung pada institusi dan disiplin akademik). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sarjana adalah orang pandai (ahli ilmu pengetahuan). Arti lainnya dari sarjana adalah gelar strata satu yang dicapai oleh seseorang yang telah menamatkan pendidikan tingkat terakhir di perguruan tinggi.

Jika sarjana diidentikkan dengan ilmuwan atau ahli dalam ilmu pengetahuan, maka perlu kiranya seorang sarjana mengidentifikasi dirinya secara terus menerus dan mengetahui ciri-ciri atau kekhasan seorang ilmuwan serta bersikap sebagai seorang ilmuwan. Setidaknya ada beberapa ciri yang menjadi syarat seorang ilmuwan menurut para ahli yaitu :
1. Memiliki sifat rasa ingin tahu terhadap apa yang diselidiki untuk memperoleh pemahaman sebaik mungkin;
2. Melangkah dengan berdasarkan pada pengalaman dan alasan, artinya, pengalaman dan alasan saling mendukung, karena alasan yang logis dituntut oleh pengalaman;
3. Dapat menerima data sebagaimana adanya (tidak ditambah dan dikurangi). Hal ini terkait dengan sikap objkektif seorang ilmuwan;
4. Bisa menerima perubahan (fleksibel, terbuka), artinya jika objeknya berubah, maka seorang ilmuwan mau menerima perubahan tersebut;
5. Berani menanggung resiko kekeliruan. Oleh sebab itu trial and error merupakan karakteristik dari seorang ilmuwan;
6. Tidak mengenal putus asa, artinya gigih dalam mencari objek atau masalah, hingga mencapai pemahaman secara maksimal.

Beberapa ciri di atas sesungguhnya tak lebih sebagai panduan agar tidak terjebak pada kesalahan dalam berpikir dan bertindak, sehingga semua yang dilakukan seorang ilmuwan tetap mengacu kepada teori dan konsep yang berlaku secara umum. Tetapi yang lebih penting, seorang ilmuwan (sarjana) mampu memberikan manfaat dan berkontribusi sekecil apapun sesuai kemampuan. Gelar yang dimiliki tidak sekedar pajangan atau kebanggaan yang tidak memiliki makna dalam kehidupannya.

Tema wisuda ke-4 tahun 2024 adalah “Menakar Kiprah Sarjana Stidar dalam Percaturan Sosial” yang sangat relevan, bagaimana seorang sarjana mampu hadir di tengah persoalan kemasyarakatan yang terus menumpuk untuk kemudian dicarikan jalan terbaik. Respon sarjana terhadap isu-isu aktual seperti permasalahan lingkungan, kemiskinan, kekerasan, ketidakadilan, pelecehan harkat kemanusiaan menjadi tema menarik untuk terus dibahas dan dicarikan solusi alternatifnya.

Jika gelar sarjana, apapun disiplin keilmuannya hanya merupakan simbol dan lambang yang tidak menyentuh substansinya, maka inilah yang menjadi bagian dari masalah sosial yang semakin membuat deretan panjang persoalan makin kompleks, ditambah lagi tidak sedikit orang-orang yang berilmu yang menunjukkan “kecongkakan akademik” dengan meremehkan dan merendahkan orang lain yang dianggap kurang pendidikan. Bentuk apapun kelebihan seseorang yang tidak membawa kepada kerendah-hatian dan kepedulian pada sesama hanya semakin melanggengkan singgasana kedzaliman tiada akhir.

Dalam konteks wisuda Stidar yang tentu ikut melahirkan para sarjana yang dipersembahkan dan dilepas kepada masyarakat, ada tiga hal yang disingkat 3M yang mesti dimiliki sebagai bekal untuk berjuang di tengah-tengah masyarakat yakni ; Membimbing, Memberdayakan dan Mengembangkan sesuai program studi yang ada di STIDAR yaitu PMI dan BKI. Membimbing artinya mengawal, menuntun dan mengarahkan dengan konsep keilmuan yang dimiliki untuk menuju kepada M kedua, yakni Memberdayakan yang berarti mengangkat derajat dari yang asalnya lemah menjadi kuat, yang awalnya terpuruk menjadi terdepan. Selanjutnya Mengembangkan adalah sebuah upaya melakukan perubahan dan terobosan dengan apa yang sudah dicapai ke arah yang lebih baik.

Insya Allah dengan terus belajar dan mengikuti update keilmuan, proses berpikir yang pada gilirannya akan menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan masyarakat sekitarnya, kehadiran sarjana betul-betul menjadi Rahmat dan barokah yang akan menginspirasi generasi selanjutnya. Ini akan semakin memperkuat posisinya menjadi apa yang disebut Nabi SAW :

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani).

Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman dengan visi besarnya mewujudkan insan Ulul Albab sebagaimana termaktub dalam Al-Quran adalah mencoba memadukan pikir dan dzikir yang pada akhirnya akan melahirkan amal saleh tanpa ada kepentingan apapun di baliknya. Sesuai dengan Sabda Nabi SAW :
الْكَيْسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

“Orang cerdas adalah yang bermuhasabah atas dirinya dan beramal untuk apa yang setelah kematian. Orang lemah adalah siapa saja yang dirinya mengikuti hawa nafsunya lalu ia berangan-angan terhadap Allah.” (HR Ahmad)

Itulah ilmuwan yang sesungguhnya seperti dikehendaki agama Islam yang akan memberikan pengaruh besar dalam kehidupan. Orang saleh dan alim sudah pasti telah menakar dirinya untuk senantiasa berbuat baik dalam komunitas sosial. Dengan demikian sarjana atau ilmuwan akan selalu berpikir dan melakukan sesuatu berdasar ilmu serta penuh ketelitian untuk diabdikan sebesar-besarnya bagi kepentingan umat manusia sesuai tridarma perguruan tinggi.

Selamat dan Barokah untuk Wisuda IV dan Miladiyah VIII STIDAR Sumenep.

Bindara Saod, 24 November 2024
*) Ketua Umum Yayasan Stidar

Bagikan ke :