Memaknai Pesan Salam (Assalamualaikum) Dalam Kehidupan Sosial

Foto diambil dari Darunnajah.com

Penulis: Muhammad Sahli Hamid

Ungkapan salam adalah perintah agama yang tentu memiliki makna dan manfaat yang besar dalam kehidupan seorang muslim. Dalam kebiasaan sehari-hari kita sering mengucapkannya ketika shalat, bertamu atau dalam sebuah pertemuan dll.

Apabila substansi salam kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kehidupan ini menjadi damai dan tenteram. Tidak akan ada lagi permusuhan, hoax, bully, kata kotor dan sifat-sifat jelek lainnya. Seseorang yang memaknai salam akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya, memperlakukan orang lain dengan penuh penghargaan yang dilandasi nilai-nilai cinta dan kasih sayang. Menipu dan mempedaya sesama tidak akan pernah kita saksikan lagi, yang tersisa sikap penghormatan dan memberdayakan lingkungan serta memakmurkan bumi sesuai pesan agama.

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, sering kita jumpai sebagian pihak memandang hina dan remeh orang lain, lantaran status sosial yang berbeda, seperti strata ekonomi, keilmuan maupun silsilah nasab. Padahal jika boleh memilih, kita akan memilih kaya, memilih tampan, menjadi keturunan orang terpandang dan lain sebagainya. Tetapi begitulah sunnatullah yang berlaku bagi setiap hambanya. Bagi insan beriman, semuanya mengandung pelajaran dan makna yang mendalam dari semua ketentuan-Nya.

Rasulullah SAW pernah ditegur oleh Allah SWT dalam surat ABASA karena memperlakukan orang buta (Abdullah bin Ummi Maktum) dengan berwajah cemberut dan memalingkan wajahnya, ketika ada pembesar Quraisy datang menghadap Rasulullah SAW:

عَبَسَ وَتَوَلّٰىٓۙ

Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling,

اَنْ جَاۤءَهُ الْاَعْمٰىۗ

Karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum).

وَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهٗ يَزَّكّٰىٓۙ

Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa),

اَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرٰىۗ

Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya?

Terdapat hubungan erat antara keimanan, rasa cinta dan ungkapan salam dan penghayatannya seperti yang tertera dalam hadits berikut :
Rasulullah SAW bersabda:

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)

Menyebarkan pesan-pesan perdamaian dan persaudaraan adalah tugas kita bersama agar kehidupan ini menjadi nikmat dan indah. Bahkan dalam hadits lain Rasulullah SAW menegaskan orang yang akan selamat dari api neraka dalam sabdanya :

‎ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ،ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻻَ ﺃُﺧْﺒِﺮُﻛُﻢْ ﺑِﻤَﻦْ ﺗُﺤَﺮَّﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ؟ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻫَﻴِّﻦٍ، ﻟَﻴِّﻦٍ، ﻗَﺮِﻳﺐٍ، ﺳَﻬْﻞٍ

“Maukah kalian aku tunjukkan orang yang Haram baginya tersentuh api neraka?”

Para sahabat berkata, “Mau, wahai Rasulullah!”
Baginda menjawab: “(yang Haram tersentuh api neraka adalah) adalah orang yang Hayyin, Layyin, Qarib, Sahl.” (H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Hiban).

1. Hayyin
Orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir maupun batin.
Tidak mudah memaki, melaknat serta tenang jiwanya..

2. Layyin
Orang yang lembut dan santun, baik dalam bertutur-kata atau bersikap. Tidak kasar, tidak ikut hawa nafsu sendiri. Lemah lembut dan selalu menginginkan kebaikan untuk sesama manusia

3. Qarib
Akrab, ramah diajak bicara, menyenangkan bagi orang yang diajak bicara dan murah senyum jika bertemu.

4. Sahl
Orang yang tidak mempersulit sesuatu. Selalu ada cara untuk menyelesaikan setiap permasalahan.

Untuk itulah marilah kita syiarkan spirit agama dimulai dari lingkup yang terkecil hingga panggung yang terbesar dan lebih luas cakupannya, sehingga hidup yang sementara ini terasa asyik dipenuhi bunga-bunga keceriaan. Akhirnya hujan rahmat dari Allah SWT. akan deras turun mengguyur hati kita. Islam Rahmatan lil ‘alamin betul-betul membumi dalam arti yang sesungguhnya.
_____
Lembah Peradaban Jumat Legi Barokah,
19 Pebruari 2021

Bagikan ke :

Leave a Comment